Masih ingatkah kalian? Pada awal-awal Ethereum, ada sebuah solusi penskalaan yang disebut Plasma, yang mengusung ide cukup radikal—transaksi tidak harus semuanya dikonsolidasikan di rantai utama. Karena kondisi teknologi yang belum matang, solusi ini perlahan menghilang dari perhatian publik. Ternyata, sekarang solusi ini kembali menjadi fokus industri, bahkan menjadi komponen kunci dalam arsitektur modular skalabilitas. Hari ini, mari kita bahas mengapa "pengabaian" ini kembali populer.

Pertama, mari kita bahas logika desain Plasma dari masa lalu. Saat itu, jaringan Ethereum mengalami kemacetan parah dan biaya Gas yang sangat tinggi. Tim Plasma berpikir: Mengapa tidak memindahkan sebagian besar transaksi ke luar rantai (off-chain), mengingat kapasitas utama terbatas? Caranya adalah seperti ini—transaksi sehari-hari diselesaikan dengan cepat di side chain, dan hanya "bukti keabsahan transaksi" yang secara berkala disampaikan ke rantai utama. Rantai utama berfungsi seperti lembaga arbitrase, tidak ikut campur kecuali terjadi masalah.

Solusi ini benar-benar mencuri perhatian saat itu. Seperti membangun jalur cepat di samping jalan utama yang macet, meningkatkan efisiensi sekaligus menurunkan biaya. Tapi, tentu ada masalah—smart contract yang kompleks tidak bisa berjalan lancar di sini. Setelah munculnya DeFi yang besar, banyak orang beralih ke solusi Rollup yang kompatibel dengan EVM, dan Plasma perlahan menjadi kurang relevan, bahkan menjadi simbol dari teknologi generasi sebelumnya.

Namun, situasi berubah dalam beberapa tahun terakhir. Posisi Ethereum mulai beralih dari "komputer dunia" ke "layer penyelesaian". Industri mulai menyadari bahwa tidak semua aplikasi membutuhkan keamanan tingkat rantai utama. Arsitektur Plasma yang menggabungkan "eksekusi di luar rantai + arbitrase di rantai utama" sangat cocok dengan konsep blockchain modular saat ini.