Keamanan kembali mengingatkan bahaya. Peneliti keamanan senior Taylor Monahan baru-baru ini mengungkapkan bahwa gelombang penipuan yang menargetkan pengguna Telegram sedang menyebar secara global, di mana pelaku kejahatan memanfaatkan kepercayaan terhadap aplikasi komunikasi ini untuk melakukan serangan, yang telah menyebabkan kerugian aset lebih dari 3 miliar dolar.
Bagaimana peretas melakukan penipuan melalui identitas orang yang dikenal
Kecerdikan serangan ini terletak pada desain rekayasa sosial yang tinggi. Peretas pertama-tama menyamar sebagai orang yang dikenal atau profesional di industri korban, dan memulai kontak di Telegram. Setelah membangun kepercayaan awal, penipu akan mengundang target untuk mengikuti sebuah pertemuan online yang tampak normal—biasanya menggunakan platform Zoom.
Ketika korban bergabung dalam pertemuan, peretas dengan alasan gangguan teknis mengklaim bahwa audio pihak lain bermasalah, dan secara aktif menawarkan “solusi”. File patch yang disebutkan ini tampak tidak berbahaya, tetapi sebenarnya menyembunyikan malware. Setelah korban mengunduh dan menjalankan file tersebut, peretas dapat mengendalikan sepenuhnya komputer korban, dan selanjutnya mencuri kunci pribadi dompet kripto, kredensial login bursa, dan informasi sensitif lainnya.
Mengapa Telegram menjadi target baru
Komunitas kripto sangat bergantung pada Telegram untuk komunikasi informasi, dan fitur ini juga menjadikan platform ini sebagai surga bagi peretas. Dibandingkan dengan penipuan tradisional, serangan semacam ini memiliki tingkat penyamaran yang lebih tinggi—menggabungkan pemalsuan identitas, serangan perangkat lunak, dan manipulasi sosial, yang secara berlapis-lapis mengurangi kewaspadaan korban.
Saran Pencegahan
Waspadai undangan dari orang asing, bahkan jika mereka mengaku mengenal Anda, konfirmasi kembali
Jangan mengunduh file dari sumber yang tidak dikenal, terutama yang disebut “patch” atau “update”
Gunakan otentikasi multi-faktor untuk melindungi aset kripto
Periksa secara rutin apakah perangkat Anda telah terpasang perangkat lunak yang tidak sah
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Telegram menjadi ladang baru bagi peretas? Pengguna Kripto menghadapi ancaman tersembunyi
Keamanan kembali mengingatkan bahaya. Peneliti keamanan senior Taylor Monahan baru-baru ini mengungkapkan bahwa gelombang penipuan yang menargetkan pengguna Telegram sedang menyebar secara global, di mana pelaku kejahatan memanfaatkan kepercayaan terhadap aplikasi komunikasi ini untuk melakukan serangan, yang telah menyebabkan kerugian aset lebih dari 3 miliar dolar.
Bagaimana peretas melakukan penipuan melalui identitas orang yang dikenal
Kecerdikan serangan ini terletak pada desain rekayasa sosial yang tinggi. Peretas pertama-tama menyamar sebagai orang yang dikenal atau profesional di industri korban, dan memulai kontak di Telegram. Setelah membangun kepercayaan awal, penipu akan mengundang target untuk mengikuti sebuah pertemuan online yang tampak normal—biasanya menggunakan platform Zoom.
Ketika korban bergabung dalam pertemuan, peretas dengan alasan gangguan teknis mengklaim bahwa audio pihak lain bermasalah, dan secara aktif menawarkan “solusi”. File patch yang disebutkan ini tampak tidak berbahaya, tetapi sebenarnya menyembunyikan malware. Setelah korban mengunduh dan menjalankan file tersebut, peretas dapat mengendalikan sepenuhnya komputer korban, dan selanjutnya mencuri kunci pribadi dompet kripto, kredensial login bursa, dan informasi sensitif lainnya.
Mengapa Telegram menjadi target baru
Komunitas kripto sangat bergantung pada Telegram untuk komunikasi informasi, dan fitur ini juga menjadikan platform ini sebagai surga bagi peretas. Dibandingkan dengan penipuan tradisional, serangan semacam ini memiliki tingkat penyamaran yang lebih tinggi—menggabungkan pemalsuan identitas, serangan perangkat lunak, dan manipulasi sosial, yang secara berlapis-lapis mengurangi kewaspadaan korban.
Saran Pencegahan