Blockchain telah menyaksikan sebuah "penuntutan aset" yang mendebarkan. Seorang peneliti mengungkapkan bahwa sebuah dompet Whale dicuri oleh hacker dalam serangan phishing sebesar 50 juta USDT, namun korban tidak memilih untuk diam, melainkan langsung berteriak kepada penyerang di on-chain, memberikan ultimatum yang jelas:
"Kembalikan 98% dana dalam 48 jam, sisa 100 juta U anggap sebagai hadiah topi putih untukmu. Jika tidak, akan memulai proses penegakan hukum global."
Ini terdengar seperti negosiasi hitam terhadap hitam, tetapi di baliknya mencerminkan suatu realitas mendalam di dunia on-chain.
**Mengapa korban berani bersikap tegas seperti ini?** Kuncinya adalah Tether sebagai penerbit USDT, menguasai kekuasaan terpusat untuk membekukan alamat. Kali ini, kekuasaan ini menjadi senjata untuk menuntut kembali. Namun, ini juga menimbulkan pertanyaan yang patut dipikirkan: Apakah keamanan aset kita seharusnya bergantung pada hak menuntut setelah kejadian, atau pada mekanisme yang sulit ditembus sebelumnya?
Dua pemikiran, dua jalur yang sama sekali berbeda. Model stablecoin tradisional bergantung pada kredit dan hak pembekuan dari satu institusi — baik sebagai pelindung maupun sebagai tongkat kekuasaan. Sedangkan filosofi desain lainnya bertolak belakang, menekankan pada kekuatan mekanisme pencegahan itu sendiri, mengejar kemampuan aset untuk tahan terhadap sensor dan jaminan desentralisasi.
Ini bukan hanya pilihan teknologi, tetapi juga perbedaan filosofi tentang model kepercayaan. Di blockchain yang transparan, keamanan aset yang besar tidak pernah bisa bergantung hanya pada negosiasi setelahnya.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
12 Suka
Hadiah
12
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
IntrovertMetaverse
· 9jam yang lalu
Hahaha, inilah aturan dunia on-chain, Tether langsung membekukan dan menjebak Hacker, sangat berani.
Lihat AsliBalas0
NewPumpamentals
· 9jam yang lalu
Wah, senjata pembekuan Tether ini benar-benar tajam, seolah-olah ini adalah senjata terbaik yang bisa digunakan untuk mengejar setelah kejadian... Tapi kembali lagi, tergantung pada kekuatan terpusat untuk melindungi aset, rasanya pada dasarnya masih bertaruh pada hati nurani suatu lembaga?
Lihat AsliBalas0
WagmiOrRekt
· 9jam yang lalu
Tunggu, tentang hak pembekuan Tether ini... kenapa rasanya semakin mirip bank, masih mau disebut desentralisasi?
Lihat AsliBalas0
WhaleWatcher
· 10jam yang lalu
Wah, inilah kekuatan tersembunyi USDT, siapa pun akan takut ketika alamat dibekukan.
Lihat AsliBalas0
NftMetaversePainter
· 10jam yang lalu
sejujurnya seluruh hal "tether bisa membekukan alamat" adalah tepat mengapa saya tidak pernah mempercayai stablecoin terpusat... seperti ya tentu saja Anda memulihkan 50M Anda tetapi dengan biaya apa untuk etos yang sebenarnya kan? kita pada dasarnya mengakui bahwa seluruh narasi desentralisasi hanyalah teater jika kita bergantung pada kekuatan pembekuan mereka lol
Blockchain telah menyaksikan sebuah "penuntutan aset" yang mendebarkan. Seorang peneliti mengungkapkan bahwa sebuah dompet Whale dicuri oleh hacker dalam serangan phishing sebesar 50 juta USDT, namun korban tidak memilih untuk diam, melainkan langsung berteriak kepada penyerang di on-chain, memberikan ultimatum yang jelas:
"Kembalikan 98% dana dalam 48 jam, sisa 100 juta U anggap sebagai hadiah topi putih untukmu. Jika tidak, akan memulai proses penegakan hukum global."
Ini terdengar seperti negosiasi hitam terhadap hitam, tetapi di baliknya mencerminkan suatu realitas mendalam di dunia on-chain.
**Mengapa korban berani bersikap tegas seperti ini?** Kuncinya adalah Tether sebagai penerbit USDT, menguasai kekuasaan terpusat untuk membekukan alamat. Kali ini, kekuasaan ini menjadi senjata untuk menuntut kembali. Namun, ini juga menimbulkan pertanyaan yang patut dipikirkan: Apakah keamanan aset kita seharusnya bergantung pada hak menuntut setelah kejadian, atau pada mekanisme yang sulit ditembus sebelumnya?
Dua pemikiran, dua jalur yang sama sekali berbeda. Model stablecoin tradisional bergantung pada kredit dan hak pembekuan dari satu institusi — baik sebagai pelindung maupun sebagai tongkat kekuasaan. Sedangkan filosofi desain lainnya bertolak belakang, menekankan pada kekuatan mekanisme pencegahan itu sendiri, mengejar kemampuan aset untuk tahan terhadap sensor dan jaminan desentralisasi.
Ini bukan hanya pilihan teknologi, tetapi juga perbedaan filosofi tentang model kepercayaan. Di blockchain yang transparan, keamanan aset yang besar tidak pernah bisa bergantung hanya pada negosiasi setelahnya.