Bagaimana cara mendapatkan keuntungan dari saham dengan hasil dividen tinggi? Panduan lengkap mulai dari mekanisme pembagian dividen hingga praktik pemilihan saham
Ketika volatilitas pasar meningkat, banyak investor mulai beralih ke instrumen dengan dividen tinggi. Tapi masalahnya, apakah saham dengan hasil dividen tinggi benar-benar sesederhana tampaknya?
Artikel ini akan membawamu dari logika dasar hasil dividen, hingga cara benar menyaring saham dengan dividen tinggi yang layak dibeli. Jerat-jeratnya, kita akan langkah demi langkah lewati satu per satu.
Apa sebenarnya itu hasil dividen—Jangan terbuai angka
Banyak orang melihat hasil dividen 10%, 15%, lalu mulai bersemangat. Tapi kamu harus terlebih dahulu memahami, hasil dividen (Dividend Yield) bukan angka ajaib, itu hanyalah:
Dividen tahunan ÷ Harga saham = Hasil dividen
Misalnya saham tertentu harga $10, membagikan dividen $1 per tahun, hasil dividen adalah 1 ÷ 10 = 10%. Terlihat sederhana, tapi iblisnya ada di detail.
Pertanyaan utama: Dengan hasil dividen yang sama, penyebabnya bisa sangat berbeda.
Beberapa hasil dividen tinggi karena perusahaan membagikan dividen secara murah hati—ini sinyal baik. Tapi ada juga hasil dividen tinggi karena harga saham jatuh drastis—ini bisa jadi sinyal bahaya. Contohnya, ExxonMobil tahun 2020, hasil dividen mencapai 6.1%, tapi pada 2022 turun ke 3.3%. Terlihat menurun, padahal sebenarnya harga saham melonjak, dan dividen tetap stabil (dari $3.48 naik ke $3.65).
Kalau cuma lihat hasil dividen untuk memilih saham, kamu bisa melewatkan perusahaan bagus yang sebenarnya, dan malah terjebak dalam jebakan penurunan harga.
Bagaimana cara menghitung hasil dividen yang benar—Frekuensi dividen adalah kunci
Ini adalah area buta bagi banyak pemula. Perusahaan berbeda dalam frekuensi pembagian dividen:
Kebanyakan perusahaan: dividen kuartalan
Beberapa perusahaan: dividen bulanan (misalnya Realty Income)
Sangat sedikit: dividen tahunan
Kamu tidak bisa langsung membandingkan angka dividen bulanan dan kuartalan secara langsung, harus diubah ke basis tahunan terlebih dahulu.
Contoh:
Perusahaan
Frekuensi dividen
Dividen per kali
Dividen tahunan
Harga saham
Hasil dividen
Realty Income
Bulanan
$0.25
$3.05
$65
4.7%
McDonald’s
Kuartalan
$1.52
$6.08
$264
2.3%
Secara kasat mata, McDonald’s membagikan dividen lebih besar. Tapi jika dikombinasikan dengan harga saham, hasil dividen Realty Income malah dua kali lipat.
Jadi langkah pertama dalam menghitung hasil dividen: Standarisasi waktu.
Manfaat saham dengan hasil dividen tinggi—Jangan cuma lihat pendapatan
Banyak orang menganggap saham hasil dividen tinggi sebagai alat “duduk santai dapat uang”. Tapi manfaat sebenarnya jauh lebih dari sekadar dividen:
1. Arus kas stabil
Harga saham bisa berfluktuasi, tapi dividen relatif tetap. Ada investor yang mengandalkan dividen untuk menutupi pengeluaran harian.
2. Menyaring perusahaan berkualitas
Perusahaan yang tidak mampu membayar dividen kemungkinan besar sedang merugi atau sedang membakar uang untuk ekspansi. Perusahaan yang mampu membayar dividen besar secara konsisten, minimal punya kemampuan profitabilitas.
3. Kekuatannya dalam bunga majemuk
Kalau kamu reinvestasikan dividen untuk membeli saham lagi, efeknya bisa berkembang secara eksponensial. Misalnya, investasi $10.000 dengan hasil dividen 5%:
Tahun
Jumlah saham
Total aset
Dividen yang diterima
Tahun 1
500 saham
$10,000
$500
Tahun 2
526 saham
$10,520
$526
Tahun 3
553 saham
$11,060
$553
Tahun 5
612 saham
$12,240
$612
Pertumbuhan 5 tahun sebesar 22.4%, dan ini secara pasif. Kalau harga saham juga naik, hasilnya bisa jauh lebih mengesankan.
Jerat dalam memilih saham hasil dividen tinggi—Kenapa jangan asal pilih
Setelah membaca ini, mungkin kamu ingin langsung menyaring berdasarkan ranking hasil dividen tertinggi. Jangan lakukan itu, bisa terjebak.
Jerat 1: Hasil dividen tinggi ≠ perusahaan bagus
Hasil dividen terbentuk dari dua komponen, perubahan salah satu saja bisa mengubah angka akhir:
Dividen meningkat → hasil dividen naik (sinyal positif)
Harga saham naik → hasil dividen turun (sudah naik)
Harga saham turun → hasil dividen naik (bisa jebakan)
Contoh paling klasik: ExxonMobil. Tahun 2020, hasil dividen tampak sangat tinggi, tapi sebenarnya perusahaan merugi saat itu. Kalau beli saat itu, menunggu sampai 2022, harga saham jatuh, dan dividen tetap, kamu malah rugi.
Jerat 2: Rasio dividen (payout ratio) adalah sinyal peringatan sebenarnya
Rasio dividen = Dividen ÷ Laba bersih
Kalau rasio ini naik tapi laba perusahaan tidak bertambah, apa artinya? Perusahaan mengeluarkan laba untuk membayar dividen, tapi sebenarnya sedang mengorbankan keuangan jangka panjangnya. Dalam jangka panjang, dividen akan dipangkas.
Jadi, hasil dividen tinggi bisa jadi peringatan, bukan daya tarik.
Jerat 3: Mengabaikan fundamental perusahaan
Memilih saham hanya berdasarkan hasil dividen seperti memilih properti hanya dari dekorasinya, sangat naif. Kamu harus perhatikan:
Neraca keuangan: Berapa utang perusahaan?
Arus kas: Dividen berasal dari operasi atau pinjaman?
Tren pertumbuhan: Perusahaan sedang berkembang, stagnan, atau menurun?
Pertumbuhan dividen: Apakah dividen meningkat secara konsisten? Ini indikator keberlanjutan.
Data hasil dividen tinggi 2020-2023—Dari sudut pandang data
Berikut adalah beberapa saham dengan hasil dividen stabil di atas 4% dalam beberapa tahun terakhir:
Performa 2023 (hasil dividen 4%+)
Kode
Perusahaan
Industri
Hasil dividen
Catatan
ABR
Real Estate Investment Trust
REITs
13.93%
Dividen agresif, risiko tinggi
ARCC
Asset Management
Keuangan
10.51%
Lebih stabil
MMP
Minyak & Gas
Energi
7.72%
Pertumbuhan 20 tahun berturut-turut
EPD
Produk Energi
Energi
7.57%
26 tahun berturut-turut meningkat
ENB
Infrastruktur Energi
Energi
6.85%
Dividen stabil
VZ
Verizon
Telekomunikasi
6.71%
Kebutuhan pokok konsumsi
Perbandingan tahun sebelumnya (2022, 2021, 2020)
Selama empat tahun terakhir, saham dengan hasil dividen tinggi biasanya terkonsentrasi di tiga bidang utama:
REITs: ABR, CIM, DOC, WPC
Transportasi energi: MMP, EPD, ENB, KMI, OKE
Telekomunikasi dan utilitas: VZ, T, XOM
Ini bukan kebetulan. Industri-industri ini punya model bisnis yang stabil, arus kas yang pasti, dan peluang pertumbuhan yang terbatas—namun mereka mampu membayar dividen besar.
Catatan penting:
Fluktuasi hasil dividen dari tahun ke tahun biasanya mencerminkan siklus harga saham, bukan kemampuan membayar dividen. Contohnya, AT&T (T), tahun 2021 hasil dividen 12.1%, tahun 2023 turun ke 5.77%. Dividen tidak banyak berubah, tapi harga saham naik dua kali lipat.
Bagaimana menemukan saham dengan hasil dividen tinggi yang benar-benar layak beli
Langkah pertama: Pastikan sumber dividen
Dividen berasal dari berbagai sumber:
Operasi bisnis: dari laba bersih dan arus kas operasional, paling stabil
Pinjaman atau pembiayaan: risiko tinggi, tidak berkelanjutan
Pengembalian modal: dari aset perusahaan, biasanya tidak berkelanjutan
Periksa laporan arus kas. Jika arus kas bebas cukup untuk membayar dividen, itu tanda baik.
Langkah kedua: Bandingkan rasio dividen antar perusahaan sejenis
Jangan cuma lihat hasil dividen, tapi juga rasio dividen terhadap laba (payout ratio):
50-70%: normal, perusahaan masih punya ruang untuk pertumbuhan
100%: bahaya, perusahaan mungkin akan memotong dividen
Langkah ketiga: Perhatikan sejarah pertumbuhan dividen
Kalimat “jumlah tahun berturut-turut menaikkan dividen” bukan sekadar hiasan. Perusahaan yang mampu menaikkan dividen selama 20 tahun berturut-turut menunjukkan kekuatan laba dan keberlanjutan.
Contohnya:
EPD 26 tahun berturut-turut naik, MMP 20 tahun, VZ 18 tahun—ini bukan angka, tapi kredibilitas.
Langkah keempat: Tentukan ambang hasil dividen yang sesuai
Secara umum:
4-6%: cukup aman
6-10%: perlu analisis mendalam
10%: tanda bahaya, bisa jadi ada risiko tersembunyi atau pertumbuhan luar biasa
Pendekatan praktis—bagaimana menerapkannya dalam trading
Gunakan alat screener: hasil dividen 4%+, pertumbuhan dividen 5 tahun+, rasio dividen di bawah 80%
Periksa fundamental satu per satu: arus kas, neraca, posisi industri
Bandingkan dengan perusahaan sejenis: hasil dividen, rasio pembayaran, tren pertumbuhan
Tentukan titik beli: bukan cuma berdasarkan hasil dividen, tapi juga posisi harga dan fundamental
Pantau dan sesuaikan: jika dividen dipangkas, rasio pembayaran melonjak, arus kas memburuk—pertimbangkan untuk mengurangi posisi
Tentang rasio dividen dalam bentuk kas
Rasio dividen dalam bentuk kas adalah hasil dividen dibagi harga saham. Keunggulannya adalah kepastian—dividen yang dibayarkan adalah uang nyata, tidak seperti dividen saham yang bisa mengurangi nilai saham.
Sebagian besar saham dengan hasil dividen tinggi di AS membayar dividen tunai. Artinya, angka 4%, 5%, 6% itu benar-benar uang yang masuk ke kantong.
Tapi, kepastian tinggi tidak otomatis berarti risiko rendah. Saham dengan hasil tinggi juga bisa jatuh harga, dan efek bunga majemuk bisa berbalik. Harus siap secara mental.
Penutup: Saham dengan hasil dividen tinggi bukanlah “duduk santai dapat uang”. Mereka adalah instrumen dengan risiko dan peluang bersamaan. Dengan pendekatan yang tepat, mereka bisa menjadi sumber pendapatan pasif yang stabil; kalau salah langkah, malah jadi lubang uang. Luangkan waktu untuk memahami cara menghitung, menyaring, dan menghindari jebakan sebelum memutuskan beli. Lebih baik dari sekadar mengejar hasil dividen tinggi secara impulsif.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Bagaimana cara mendapatkan keuntungan dari saham dengan hasil dividen tinggi? Panduan lengkap mulai dari mekanisme pembagian dividen hingga praktik pemilihan saham
Ketika volatilitas pasar meningkat, banyak investor mulai beralih ke instrumen dengan dividen tinggi. Tapi masalahnya, apakah saham dengan hasil dividen tinggi benar-benar sesederhana tampaknya?
Artikel ini akan membawamu dari logika dasar hasil dividen, hingga cara benar menyaring saham dengan dividen tinggi yang layak dibeli. Jerat-jeratnya, kita akan langkah demi langkah lewati satu per satu.
Apa sebenarnya itu hasil dividen—Jangan terbuai angka
Banyak orang melihat hasil dividen 10%, 15%, lalu mulai bersemangat. Tapi kamu harus terlebih dahulu memahami, hasil dividen (Dividend Yield) bukan angka ajaib, itu hanyalah:
Dividen tahunan ÷ Harga saham = Hasil dividen
Misalnya saham tertentu harga $10, membagikan dividen $1 per tahun, hasil dividen adalah 1 ÷ 10 = 10%. Terlihat sederhana, tapi iblisnya ada di detail.
Pertanyaan utama: Dengan hasil dividen yang sama, penyebabnya bisa sangat berbeda.
Beberapa hasil dividen tinggi karena perusahaan membagikan dividen secara murah hati—ini sinyal baik. Tapi ada juga hasil dividen tinggi karena harga saham jatuh drastis—ini bisa jadi sinyal bahaya. Contohnya, ExxonMobil tahun 2020, hasil dividen mencapai 6.1%, tapi pada 2022 turun ke 3.3%. Terlihat menurun, padahal sebenarnya harga saham melonjak, dan dividen tetap stabil (dari $3.48 naik ke $3.65).
Kalau cuma lihat hasil dividen untuk memilih saham, kamu bisa melewatkan perusahaan bagus yang sebenarnya, dan malah terjebak dalam jebakan penurunan harga.
Bagaimana cara menghitung hasil dividen yang benar—Frekuensi dividen adalah kunci
Ini adalah area buta bagi banyak pemula. Perusahaan berbeda dalam frekuensi pembagian dividen:
Kamu tidak bisa langsung membandingkan angka dividen bulanan dan kuartalan secara langsung, harus diubah ke basis tahunan terlebih dahulu.
Contoh:
Secara kasat mata, McDonald’s membagikan dividen lebih besar. Tapi jika dikombinasikan dengan harga saham, hasil dividen Realty Income malah dua kali lipat.
Jadi langkah pertama dalam menghitung hasil dividen: Standarisasi waktu.
Manfaat saham dengan hasil dividen tinggi—Jangan cuma lihat pendapatan
Banyak orang menganggap saham hasil dividen tinggi sebagai alat “duduk santai dapat uang”. Tapi manfaat sebenarnya jauh lebih dari sekadar dividen:
1. Arus kas stabil
Harga saham bisa berfluktuasi, tapi dividen relatif tetap. Ada investor yang mengandalkan dividen untuk menutupi pengeluaran harian.
2. Menyaring perusahaan berkualitas
Perusahaan yang tidak mampu membayar dividen kemungkinan besar sedang merugi atau sedang membakar uang untuk ekspansi. Perusahaan yang mampu membayar dividen besar secara konsisten, minimal punya kemampuan profitabilitas.
3. Kekuatannya dalam bunga majemuk
Kalau kamu reinvestasikan dividen untuk membeli saham lagi, efeknya bisa berkembang secara eksponensial. Misalnya, investasi $10.000 dengan hasil dividen 5%:
Pertumbuhan 5 tahun sebesar 22.4%, dan ini secara pasif. Kalau harga saham juga naik, hasilnya bisa jauh lebih mengesankan.
Jerat dalam memilih saham hasil dividen tinggi—Kenapa jangan asal pilih
Setelah membaca ini, mungkin kamu ingin langsung menyaring berdasarkan ranking hasil dividen tertinggi. Jangan lakukan itu, bisa terjebak.
Jerat 1: Hasil dividen tinggi ≠ perusahaan bagus
Hasil dividen terbentuk dari dua komponen, perubahan salah satu saja bisa mengubah angka akhir:
Contoh paling klasik: ExxonMobil. Tahun 2020, hasil dividen tampak sangat tinggi, tapi sebenarnya perusahaan merugi saat itu. Kalau beli saat itu, menunggu sampai 2022, harga saham jatuh, dan dividen tetap, kamu malah rugi.
Jerat 2: Rasio dividen (payout ratio) adalah sinyal peringatan sebenarnya
Rasio dividen = Dividen ÷ Laba bersih
Kalau rasio ini naik tapi laba perusahaan tidak bertambah, apa artinya? Perusahaan mengeluarkan laba untuk membayar dividen, tapi sebenarnya sedang mengorbankan keuangan jangka panjangnya. Dalam jangka panjang, dividen akan dipangkas.
Jadi, hasil dividen tinggi bisa jadi peringatan, bukan daya tarik.
Jerat 3: Mengabaikan fundamental perusahaan
Memilih saham hanya berdasarkan hasil dividen seperti memilih properti hanya dari dekorasinya, sangat naif. Kamu harus perhatikan:
Data hasil dividen tinggi 2020-2023—Dari sudut pandang data
Berikut adalah beberapa saham dengan hasil dividen stabil di atas 4% dalam beberapa tahun terakhir:
Performa 2023 (hasil dividen 4%+)
Perbandingan tahun sebelumnya (2022, 2021, 2020)
Selama empat tahun terakhir, saham dengan hasil dividen tinggi biasanya terkonsentrasi di tiga bidang utama:
Ini bukan kebetulan. Industri-industri ini punya model bisnis yang stabil, arus kas yang pasti, dan peluang pertumbuhan yang terbatas—namun mereka mampu membayar dividen besar.
Catatan penting:
Fluktuasi hasil dividen dari tahun ke tahun biasanya mencerminkan siklus harga saham, bukan kemampuan membayar dividen. Contohnya, AT&T (T), tahun 2021 hasil dividen 12.1%, tahun 2023 turun ke 5.77%. Dividen tidak banyak berubah, tapi harga saham naik dua kali lipat.
Bagaimana menemukan saham dengan hasil dividen tinggi yang benar-benar layak beli
Langkah pertama: Pastikan sumber dividen
Dividen berasal dari berbagai sumber:
Periksa laporan arus kas. Jika arus kas bebas cukup untuk membayar dividen, itu tanda baik.
Langkah kedua: Bandingkan rasio dividen antar perusahaan sejenis
Jangan cuma lihat hasil dividen, tapi juga rasio dividen terhadap laba (payout ratio):
Langkah ketiga: Perhatikan sejarah pertumbuhan dividen
Kalimat “jumlah tahun berturut-turut menaikkan dividen” bukan sekadar hiasan. Perusahaan yang mampu menaikkan dividen selama 20 tahun berturut-turut menunjukkan kekuatan laba dan keberlanjutan.
Contohnya:
EPD 26 tahun berturut-turut naik, MMP 20 tahun, VZ 18 tahun—ini bukan angka, tapi kredibilitas.
Langkah keempat: Tentukan ambang hasil dividen yang sesuai
Secara umum:
Pendekatan praktis—bagaimana menerapkannya dalam trading
Tentang rasio dividen dalam bentuk kas
Rasio dividen dalam bentuk kas adalah hasil dividen dibagi harga saham. Keunggulannya adalah kepastian—dividen yang dibayarkan adalah uang nyata, tidak seperti dividen saham yang bisa mengurangi nilai saham.
Sebagian besar saham dengan hasil dividen tinggi di AS membayar dividen tunai. Artinya, angka 4%, 5%, 6% itu benar-benar uang yang masuk ke kantong.
Tapi, kepastian tinggi tidak otomatis berarti risiko rendah. Saham dengan hasil tinggi juga bisa jatuh harga, dan efek bunga majemuk bisa berbalik. Harus siap secara mental.
Penutup: Saham dengan hasil dividen tinggi bukanlah “duduk santai dapat uang”. Mereka adalah instrumen dengan risiko dan peluang bersamaan. Dengan pendekatan yang tepat, mereka bisa menjadi sumber pendapatan pasif yang stabil; kalau salah langkah, malah jadi lubang uang. Luangkan waktu untuk memahami cara menghitung, menyaring, dan menghindari jebakan sebelum memutuskan beli. Lebih baik dari sekadar mengejar hasil dividen tinggi secara impulsif.