Apa itu Inflasi? Melihat dari Sudut Pandang Investor
Dalam periode perubahan ekonomi, kata inflasi merujuk pada kondisi di mana harga barang dan jasa cenderung meningkat secara terus-menerus. Singkatnya, nilai uang menurun, sehingga untuk membeli barang yang sama, diperlukan lebih banyak uang.
Sebagai contoh, 50 tahun yang lalu, dengan 50 baht, Anda bisa membeli beberapa piring nasi, tetapi hari ini, jumlah uang yang sama mungkin hanya cukup untuk satu piring. Bayangkan 30 tahun ke depan, harga satu piring nasi mungkin naik menjadi 100 baht. Di seluruh dunia, kenaikan harga seperti ini terjadi secara berkelanjutan, dan ekonomi Thailand tidak terkecuali.
Bagaimana Inflasi Berbeda dari Deflasi?
Inflasi berarti tingkat harga meningkat, sementara deflasi adalah penurunan tingkat harga secara terus-menerus. Ketika terjadi deflasi, konsumen akan berhenti membeli karena mengharapkan harga akan turun lagi, yang menyebabkan bisnis tidak mampu menjual barang, harus mengurangi jumlah karyawan, dan ekonomi menjadi lesu. Inilah sebabnya ekonomi berharap bahwa inflasi berada pada tingkat yang wajar, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Penyebab Inflasi adalah Perluasan Permintaan
Inflasi terjadi karena tiga faktor utama:
1. Permintaan meningkat (Demand Pull Inflation)
Konsumen menginginkan lebih banyak barang, tetapi produsen tidak mampu memenuhi, sehingga harga naik.
2. Biaya produksi melonjak (Cost Push Inflation)
Harga bahan baku naik, seperti minyak, gas, besi, batu bara. Produsen harus menyesuaikan harga produk mereka.
3. Pencetakan uang berlebihan (Printing Money Inflation)
Pemerintah menambah jumlah uang dalam sistem ekonomi, menyebabkan inflasi global meningkat tajam antara 2020-2023, misalnya, inflasi di seluruh dunia melonjak secara tidak pernah terjadi sebelumnya.
Contoh nyata inflasi di Thailand
Pada tahun 2517 (1974), inflasi Thailand melewati 24.3% karena perang di Timur Tengah menyebabkan harga minyak melonjak. Pada tahun 2541 (1998), setelah krisis ekonomi, baht melemah, inflasi mencapai 7.89%. Dan pada Mei 2565 (2022), inflasi kembali meningkat menjadi 7.10% akibat perang Rusia-Ukraina.
Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Januari 2567 (2024) adalah 110.3, naik 0.3% dari tahun sebelumnya. Harga makanan segar tetap menurun, tetapi energi justru meningkat.
Siapa yang Mendapat Manfaat dan Siapa yang Dirugikan dari Inflasi?
Pihak yang Mendapat Manfaat:
Pengusaha dan pedagang: Dapat menaikkan harga barang dan memperoleh keuntungan lebih besar
Pemegang saham: Keuntungan perusahaan meningkat, bagian laba juga meningkat
Debitur: Membayar utang dengan uang yang nilainya lebih rendah
Contohnya, PTT Public Company Limited ((PTT PCL)) pada semester pertama 2565 (2022) mencatat laba bersih 64.419 miliar baht, meningkat 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya karena harga minyak tinggi.
Pihak yang Dirugikan:
Karyawan dengan gaji tetap: Gaji mereka bertambah lebih lambat dari laju inflasi
Masyarakat berpenghasilan rendah: Biaya hidup meningkat tetapi pendapatan tetap
Pemberi pinjaman: Mengumpulkan uang yang nilainya menurun
Bagaimana Inflasi Mempengaruhi Ekonomi dan Kehidupan Sehari-hari?
Untuk masyarakat umum:
Biaya hidup meningkat, daya beli konsumen menurun. Harga telur dari 4.45 baht/butir (2564) menjadi 3.9 baht/butir (2567), tetapi yang lebih berat adalah daging: daging sapi dari 137.5 baht/kg (2564) naik menjadi 205 baht/kg (2565), meskipun turun lagi menjadi 133.31 baht/kg (2567), tetap menjadi beban yang meningkat.
Untuk pengusaha:
Ketika harga barang naik, penjualan menurun, tetapi biaya produksi tetap tinggi. Beberapa harus menunda investasi, mengurangi tenaga kerja, atau menutup usaha.
Untuk negara:
Jika inflasi tinggi berlangsung lama, produsen enggan berinvestasi, pertumbuhan ekonomi (GDP) melambat. Inilah kondisi Stagflasi yang tidak diinginkan.
Mengapa Penting Memantau Tingkat Inflasi?
Tingkat inflasi adalah indikator yang digunakan bank sentral (Bank Indonesia) untuk menentukan kebijakan moneter. Jika diperkirakan inflasi akan naik atau turun, bank sentral biasanya akan mengubah suku bunga, yang secara langsung mempengaruhi investasi di pasar saham.
Pada Januari 2567 (2024), IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3.1% dan 3.2% pada 2568 (2025). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dari masa lalu karena kebijakan moneter yang ketat.
Cara Menghadapi Inflasi: Saran Investasi
1. Rencanakan investasi, bukan hanya menabung
Ketika suku bunga deposito rendah, sebaiknya menginvestasikan uang di saham, reksa dana, properti agar mendapatkan hasil yang lebih tinggi.
2. Hindari utang yang tidak menghasilkan pendapatan
Batasi pinjaman untuk membeli barang tidak penting, buat rencana pengeluaran yang ketat.
3. Investasikan dalam aset yang stabil
Emas: Nilainya tetap, semakin tinggi inflasi, harga emas juga naik
Properti: Tidak fluktuatif mengikuti pasar saham, sewa meningkat sesuai inflasi
Obligasi berbasis inflasi (Inflation Linked Bond) atau (Floating Rate Bond): Suku bunga menyesuaikan dengan inflasi
4. Investasikan di saham yang diuntungkan
Bank: Suku bunga tinggi, laba dari selisih bunga meningkat
Asuransi: Investasi di obligasi, hasil tinggi sesuai inflasi
Saham makanan: Barang kebutuhan pokok, memiliki kekuatan tawar harga
5. Pantau berita ekonomi secara rutin
Inflasi mempengaruhi semua orang dan keputusan investasi. Persiapan sejak dini sangat penting.
Kesimpulan: Inflasi adalah Peluang dan Risiko
Inflasi adalah perubahan ekonomi yang jika dikelola dengan baik, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan laba perusahaan, dan menciptakan lapangan kerja. Tetapi jika inflasi terlalu tinggi (Hyper Inflation) atau turun ke deflasi, keduanya merugikan ekonomi.
Investor cerdas tidak melarikan diri dari inflasi, tetapi justru meraih keuntungan dari inflasi dengan berinvestasi di saham yang diuntungkan, emas, properti, atau obligasi berbasis variabel. Semua orang harus mempersiapkan diri menghadapi inflasi melalui perencanaan keuangan yang cerdas.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Inflasi dan deflasi: Perbedaan dan cara menghadapinya di era ekonomi yang fluktuatif
Apa itu Inflasi? Melihat dari Sudut Pandang Investor
Dalam periode perubahan ekonomi, kata inflasi merujuk pada kondisi di mana harga barang dan jasa cenderung meningkat secara terus-menerus. Singkatnya, nilai uang menurun, sehingga untuk membeli barang yang sama, diperlukan lebih banyak uang.
Sebagai contoh, 50 tahun yang lalu, dengan 50 baht, Anda bisa membeli beberapa piring nasi, tetapi hari ini, jumlah uang yang sama mungkin hanya cukup untuk satu piring. Bayangkan 30 tahun ke depan, harga satu piring nasi mungkin naik menjadi 100 baht. Di seluruh dunia, kenaikan harga seperti ini terjadi secara berkelanjutan, dan ekonomi Thailand tidak terkecuali.
Bagaimana Inflasi Berbeda dari Deflasi?
Inflasi berarti tingkat harga meningkat, sementara deflasi adalah penurunan tingkat harga secara terus-menerus. Ketika terjadi deflasi, konsumen akan berhenti membeli karena mengharapkan harga akan turun lagi, yang menyebabkan bisnis tidak mampu menjual barang, harus mengurangi jumlah karyawan, dan ekonomi menjadi lesu. Inilah sebabnya ekonomi berharap bahwa inflasi berada pada tingkat yang wajar, tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi.
Penyebab Inflasi adalah Perluasan Permintaan
Inflasi terjadi karena tiga faktor utama:
1. Permintaan meningkat (Demand Pull Inflation)
Konsumen menginginkan lebih banyak barang, tetapi produsen tidak mampu memenuhi, sehingga harga naik.
2. Biaya produksi melonjak (Cost Push Inflation)
Harga bahan baku naik, seperti minyak, gas, besi, batu bara. Produsen harus menyesuaikan harga produk mereka.
3. Pencetakan uang berlebihan (Printing Money Inflation)
Pemerintah menambah jumlah uang dalam sistem ekonomi, menyebabkan inflasi global meningkat tajam antara 2020-2023, misalnya, inflasi di seluruh dunia melonjak secara tidak pernah terjadi sebelumnya.
Contoh nyata inflasi di Thailand
Pada tahun 2517 (1974), inflasi Thailand melewati 24.3% karena perang di Timur Tengah menyebabkan harga minyak melonjak. Pada tahun 2541 (1998), setelah krisis ekonomi, baht melemah, inflasi mencapai 7.89%. Dan pada Mei 2565 (2022), inflasi kembali meningkat menjadi 7.10% akibat perang Rusia-Ukraina.
Indeks Harga Konsumen (CPI) pada Januari 2567 (2024) adalah 110.3, naik 0.3% dari tahun sebelumnya. Harga makanan segar tetap menurun, tetapi energi justru meningkat.
Siapa yang Mendapat Manfaat dan Siapa yang Dirugikan dari Inflasi?
Pihak yang Mendapat Manfaat:
Contohnya, PTT Public Company Limited ((PTT PCL)) pada semester pertama 2565 (2022) mencatat laba bersih 64.419 miliar baht, meningkat 12.7% dibandingkan tahun sebelumnya karena harga minyak tinggi.
Pihak yang Dirugikan:
Bagaimana Inflasi Mempengaruhi Ekonomi dan Kehidupan Sehari-hari?
Untuk masyarakat umum:
Biaya hidup meningkat, daya beli konsumen menurun. Harga telur dari 4.45 baht/butir (2564) menjadi 3.9 baht/butir (2567), tetapi yang lebih berat adalah daging: daging sapi dari 137.5 baht/kg (2564) naik menjadi 205 baht/kg (2565), meskipun turun lagi menjadi 133.31 baht/kg (2567), tetap menjadi beban yang meningkat.
Untuk pengusaha:
Ketika harga barang naik, penjualan menurun, tetapi biaya produksi tetap tinggi. Beberapa harus menunda investasi, mengurangi tenaga kerja, atau menutup usaha.
Untuk negara:
Jika inflasi tinggi berlangsung lama, produsen enggan berinvestasi, pertumbuhan ekonomi (GDP) melambat. Inilah kondisi Stagflasi yang tidak diinginkan.
Mengapa Penting Memantau Tingkat Inflasi?
Tingkat inflasi adalah indikator yang digunakan bank sentral (Bank Indonesia) untuk menentukan kebijakan moneter. Jika diperkirakan inflasi akan naik atau turun, bank sentral biasanya akan mengubah suku bunga, yang secara langsung mempengaruhi investasi di pasar saham.
Pada Januari 2567 (2024), IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3.1% dan 3.2% pada 2568 (2025). Pertumbuhan ini masih lebih rendah dari masa lalu karena kebijakan moneter yang ketat.
Cara Menghadapi Inflasi: Saran Investasi
1. Rencanakan investasi, bukan hanya menabung
Ketika suku bunga deposito rendah, sebaiknya menginvestasikan uang di saham, reksa dana, properti agar mendapatkan hasil yang lebih tinggi.
2. Hindari utang yang tidak menghasilkan pendapatan
Batasi pinjaman untuk membeli barang tidak penting, buat rencana pengeluaran yang ketat.
3. Investasikan dalam aset yang stabil
4. Investasikan di saham yang diuntungkan
5. Pantau berita ekonomi secara rutin
Inflasi mempengaruhi semua orang dan keputusan investasi. Persiapan sejak dini sangat penting.
Kesimpulan: Inflasi adalah Peluang dan Risiko
Inflasi adalah perubahan ekonomi yang jika dikelola dengan baik, dapat membantu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan laba perusahaan, dan menciptakan lapangan kerja. Tetapi jika inflasi terlalu tinggi (Hyper Inflation) atau turun ke deflasi, keduanya merugikan ekonomi.
Investor cerdas tidak melarikan diri dari inflasi, tetapi justru meraih keuntungan dari inflasi dengan berinvestasi di saham yang diuntungkan, emas, properti, atau obligasi berbasis variabel. Semua orang harus mempersiapkan diri menghadapi inflasi melalui perencanaan keuangan yang cerdas.