Anda mungkin bertanya-tanya: kapan perempuan diizinkan mendapatkan kartu kredit? Jawabannya tidak sederhana—meskipun hambatan hukum secara teknis jatuh dengan Undang-Undang Kesempatan Kredit Setara pada tahun 1974, kesetaraan keuangan yang nyata membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terwujud. Tahun 1990-an menjadi titik balik di mana perempuan tidak hanya berpartisipasi dalam ekonomi, tetapi mulai membentuknya sepenuhnya.
Pembicaraan Uang: Pendapatan dan Realitas Tempat Kerja
Pada tahun 1999, perempuan membentuk 60% dari tenaga kerja—perubahan dramatis dari dekade sebelumnya. Tapi inilah masalahnya: mereka masih mendapatkan hanya 76,5 sen untuk setiap dolar yang diperoleh pria. Kesenjangan rasial membuatnya semakin buruk. Perempuan kulit putih mendapatkan 75,7 sen per dolar yang diperoleh pria kulit putih, sementara perempuan kulit hitam mendapatkan 64,1 sen dan perempuan Latina hanya 54,5 sen.
Undang-Undang Cuti Keluarga dan Medis tahun 1993 menandai momen penting. Untuk pertama kalinya, pemberi kerja tidak bisa memecat perempuan karena mengambil cuti medis akibat kehamilan. Meskipun cuti tetap tidak dibayar, undang-undang mewajibkan perusahaan dengan 50+ karyawan menahan pekerjaan selama hingga 12 minggu. Perlindungan ini juga berlaku untuk situasi adopsi dan asuhan sementara—meskipun kelayakan memerlukan satu tahun masa kerja dan 1.250+ jam kerja di perusahaan tersebut.
Semangat yang sama dalam mendukung generasi berikutnya muncul dalam Take Our Daughters to Work Day, yang diluncurkan pada tahun 1992 oleh Ms. Foundation for Women dan Marie Wilson (dengan dukungan dari Gloria Steinem). Pesannya jelas: gadis-gadis bisa membayangkan diri mereka dalam karier apa pun.
Politik: Perempuan Menembus Batas Kaca
Tahun 1992 mendapatkan julukan yang cocok: “Tahun Perempuan.” Empat perempuan masuk ke Senat tahun itu—Barbara Boxer dan Dianne Feinstein dari California, Carol Moseley Braun dari Illinois (perempuan kulit hitam pertama yang menjadi senator), dan Patty Murray dari Washington. Empat belas perempuan lainnya meraih kursi di DPR. Setahun kemudian, Janet Reno memecahkan penghalang lain dengan menjadi Jaksa Agung wanita pertama di AS.
Gadis-Gadis TV yang Mengubah Segalanya
Di sinilah budaya mulai mengejar ketertinggalan dari politik. Sementara acara TV tahun 70-an dan 80-an menunjukkan perempuan dengan enggan melakukan “pekerjaan pria” untuk bertahan hidup, tahun 90-an membalikkan semuanya—berfokus pada gadis itu sendiri.
Acara seperti Clarissa Explains It All, Pepper Ann, dan Moesha memperkenalkan penonton pada feminis muda yang tidak meminta maaf karena cerdas dan berpendapat. Clarissa, remaja programmer yang sarkastik, menghancurkan mitos bahwa anak laki-laki tidak akan menonton acara dengan tokoh utama perempuan. Pepper Ann membawa nilai-nilai feminis ibunya ke dalam acara tentang gadis aktif dan mandiri berusia 12 tahun yang membuktikan bahwa gadis bisa melakukan apa saja. Moesha mengangkat isu rasisme dan seksisme di komunitasnya sambil menjalani kehidupan remaja yang otentik.
Dampak gelombang ini lebih penting daripada acara itu sendiri. Sejumlah gadis tumbuh besar dengan belajar bahwa menjadi perempuan bukanlah sebuah pola tetap—itu apa pun yang mereka buat. Jalur karier tidak terbatas pada keperawatan, pengajaran, atau menjadi ibu. Setiap peluang adalah milik mereka, hambatan biarkan saja.
Kesimpulan
Tahun 1990-an tidak menyelesaikan ketidaksetaraan keuangan perempuan dalam semalam, tetapi mereka menaburkan benih-benihnya. Dari perlindungan hukum seputar keibuan hingga perempuan yang menembus dunia politik, hingga gadis di TV yang bermimpi tanpa batas—dekade ini membuktikan bahwa kemajuan, once dimulai, akan berkembang di setiap tingkat masyarakat.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Dari Kredit Ditolak hingga Mengendalikan Segalanya: Bagaimana Tahun 1990-an Mengubah Segalanya bagi Wanita
Anda mungkin bertanya-tanya: kapan perempuan diizinkan mendapatkan kartu kredit? Jawabannya tidak sederhana—meskipun hambatan hukum secara teknis jatuh dengan Undang-Undang Kesempatan Kredit Setara pada tahun 1974, kesetaraan keuangan yang nyata membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terwujud. Tahun 1990-an menjadi titik balik di mana perempuan tidak hanya berpartisipasi dalam ekonomi, tetapi mulai membentuknya sepenuhnya.
Pembicaraan Uang: Pendapatan dan Realitas Tempat Kerja
Pada tahun 1999, perempuan membentuk 60% dari tenaga kerja—perubahan dramatis dari dekade sebelumnya. Tapi inilah masalahnya: mereka masih mendapatkan hanya 76,5 sen untuk setiap dolar yang diperoleh pria. Kesenjangan rasial membuatnya semakin buruk. Perempuan kulit putih mendapatkan 75,7 sen per dolar yang diperoleh pria kulit putih, sementara perempuan kulit hitam mendapatkan 64,1 sen dan perempuan Latina hanya 54,5 sen.
Undang-Undang Cuti Keluarga dan Medis tahun 1993 menandai momen penting. Untuk pertama kalinya, pemberi kerja tidak bisa memecat perempuan karena mengambil cuti medis akibat kehamilan. Meskipun cuti tetap tidak dibayar, undang-undang mewajibkan perusahaan dengan 50+ karyawan menahan pekerjaan selama hingga 12 minggu. Perlindungan ini juga berlaku untuk situasi adopsi dan asuhan sementara—meskipun kelayakan memerlukan satu tahun masa kerja dan 1.250+ jam kerja di perusahaan tersebut.
Semangat yang sama dalam mendukung generasi berikutnya muncul dalam Take Our Daughters to Work Day, yang diluncurkan pada tahun 1992 oleh Ms. Foundation for Women dan Marie Wilson (dengan dukungan dari Gloria Steinem). Pesannya jelas: gadis-gadis bisa membayangkan diri mereka dalam karier apa pun.
Politik: Perempuan Menembus Batas Kaca
Tahun 1992 mendapatkan julukan yang cocok: “Tahun Perempuan.” Empat perempuan masuk ke Senat tahun itu—Barbara Boxer dan Dianne Feinstein dari California, Carol Moseley Braun dari Illinois (perempuan kulit hitam pertama yang menjadi senator), dan Patty Murray dari Washington. Empat belas perempuan lainnya meraih kursi di DPR. Setahun kemudian, Janet Reno memecahkan penghalang lain dengan menjadi Jaksa Agung wanita pertama di AS.
Gadis-Gadis TV yang Mengubah Segalanya
Di sinilah budaya mulai mengejar ketertinggalan dari politik. Sementara acara TV tahun 70-an dan 80-an menunjukkan perempuan dengan enggan melakukan “pekerjaan pria” untuk bertahan hidup, tahun 90-an membalikkan semuanya—berfokus pada gadis itu sendiri.
Acara seperti Clarissa Explains It All, Pepper Ann, dan Moesha memperkenalkan penonton pada feminis muda yang tidak meminta maaf karena cerdas dan berpendapat. Clarissa, remaja programmer yang sarkastik, menghancurkan mitos bahwa anak laki-laki tidak akan menonton acara dengan tokoh utama perempuan. Pepper Ann membawa nilai-nilai feminis ibunya ke dalam acara tentang gadis aktif dan mandiri berusia 12 tahun yang membuktikan bahwa gadis bisa melakukan apa saja. Moesha mengangkat isu rasisme dan seksisme di komunitasnya sambil menjalani kehidupan remaja yang otentik.
Dampak gelombang ini lebih penting daripada acara itu sendiri. Sejumlah gadis tumbuh besar dengan belajar bahwa menjadi perempuan bukanlah sebuah pola tetap—itu apa pun yang mereka buat. Jalur karier tidak terbatas pada keperawatan, pengajaran, atau menjadi ibu. Setiap peluang adalah milik mereka, hambatan biarkan saja.
Kesimpulan
Tahun 1990-an tidak menyelesaikan ketidaksetaraan keuangan perempuan dalam semalam, tetapi mereka menaburkan benih-benihnya. Dari perlindungan hukum seputar keibuan hingga perempuan yang menembus dunia politik, hingga gadis di TV yang bermimpi tanpa batas—dekade ini membuktikan bahwa kemajuan, once dimulai, akan berkembang di setiap tingkat masyarakat.