Dulu Bitcoin yang dianggap sebagai aset yang terpisah dari Wall Street, kini justru dinilai ulang oleh para trader keuangan yang rapi berjas dengan sebuah indikator yang asing.

Setelah pemerintah AS menghidupkan kembali dan merilis data ekonomi bulan lalu, tidak ada lagi yang membanggakan terobosan teknologi. Semua perhatian tertuju pada sebuah angka dingin—hasil riil dari obligasi lindung nilai inflasi 10 tahun (TIPS). Barang ini pernah membuat saya, seorang analis yang sudah berkecimpung di industri ini bertahun-tahun, harus mengakui sebuah kenyataan menyakitkan: logika penetapan harga cryptocurrency sedang mengalami perubahan mendalam.

**Apa sebenarnya hasil riil dari TIPS itu? Singkatnya, ini mencerminkan "biaya nyata" dari uang.** Ketika angka ini naik, imbal hasil tanpa risiko pun ikut meningkat, dan para investor mulai bertanya—mengapa harus memegang Bitcoin yang tidak menghasilkan apa-apa dan risikonya besar?

Pasar tahun 2022 membuktikan kebenaran ini dengan kejam. Pada tahun itu, hasil obligasi 10 tahun mencapai level tertinggi dalam 11 tahun, sementara Bitcoin merosot melewati angka 19.000 dolar AS. Aset berisiko tinggi secara kolektif mengalami kerugian, bahkan pendapatan dari platform pinjaman kripto pun tampak tak berarti dibandingkan dengan obligasi AS.

Saat ini, tingkat suku bunga sekitar 1,83%, lebih tinggi dari pertengahan tahun. Jangan anggap ini angka kecil—ini seperti sebuah penggaris tak kasat mata yang terus menilai ulang nilai Bitcoin yang Anda pegang.